Review Mata Najwa Kartu Politik Jokowi
Rematch Jokowi vs Prabowo
Hampir empat
tahun Jokowi berkuasa, masih ada setahun lagi yang tersisa. Tapi politik
elektoral sudah menunggu, genderang Pilpres sudah mulai bertalu-talu. Belum
jelas siapa yang akan menjadi pendamping, belum pasti pula dengan siapa akan
bersaing.
Masih ada
beberapa bulan untuk berhitung, sebelum semuanya secara resmi bertarung.
Nana membuka
pertanyaan dengan “Apakah ini menunjukan sudah percaya diri dalam kontestasi pemilihan
ini?”
“Dalam pesta
demokrasi saya kira semakin rakyat diberi pilihan-pilihan, ya semakin baik”
kata Presiden Jokowi kepada Nana
“Dengan
lawan yang sama atau tanding dengan lawan yang baru, lebih strategis atau enak
mana menurut Pak Jokowi?” lanjut Nana
“Kembali
lagi serahkan pada rakyat, rakyat juga melihat siapa yang menjadi pilihan
mereka, semakin banyak muncul pilihan semakin baik untuk rakyat” jawab Presiden
Jokowi.
Hubungan
Jokowi dengan Prabowo Subianto sempat mesra. Mereka pernah naik kuda dan minum
teh bareng. Tapi nampaknya kemesraan itu cepat berlalu. Makin mendekati Pemilu
2019, kemesraan itu makin dingin.
11 April
kemarin, Partai Gerindra telah memberikan mandat kepada Prabowo Subianto untuk
maju di Pilpres 2019. Mandat ini sekaligus menjadi penanda kuat Jokowi akan
kembali lagi bertarung dengan Prabowo Subianto.
“Nggak,
biasa-biasa aja,” kata Presiden Jokowi menjawab santai tentang hubungan dengan
Prabowo Subianto.
Tapi jawaban
ini tidak sesantai ketika Presiden Jokowi merespon isu pesimistis tentang 2030
Indonesia bubar, seperti yang pernah sampaikan Prabowo Subianto. Dalam pidato
di hadapan ribuan relawannya, Jokowi menyampaikan dengan berapi-api, bahwa
Indonesia harus punya optimisme.
Jokowi Akui Dekati PKS untuk
Pilpres
Awalnya
perbincangan Najwa Shihab dan Presiden Jokowi di Istana Bogor membahas rencana
koalisi jelang Pemilu Presiden 2019. Namun tanpa ditanya, Jokowi mengungkap
sudah dua kali bertemu dengan elit politik dari Partai Keadilan Sejahtera
(PKS). Secara blak-blakan dia mengungkapkan pertemuan tersebut terkait dengan
pesta demokrasi Pemilu Presiden 2019. “Apa lagi yang diobrolkan kalau bukan
politik tentang Pilpres,” kata Presiden Jokowi.
Najwa
Shihab menegaskan pertanyaan, "Masih membuka kemungkinan koalisi dengan
PKS walaupun PKS membuat gerakan #2019gantipresiden?"
Untuk
pertama kalinya Presiden Joko Widodo juga menjelaskan ide berpasangan dengan
Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
“Boleh saja
ada gagasan (koalisi dengan Gerindra-red), ini dalam rangka kebaikan negara ke
depan, kenapa tidak?” kata Presiden Jokowi.
Najwa Shihab
kembali bertanya apakah peluang berpasangan dengan Prabowo masih terbuka hingga
kini?
Kata
Presiden Jokowi, "Pendaftaran Pilpres 2019 masih lama. Jadi segala
kemungkinan masih terbuka."
Lalu siapa
yang menginisiasi rencana berpasangannya Jokowi dan Prabowo?
Jokowi Berburu Cawapres
Sejumlah tokoh partai politik mulai mengkampanyekan diri untuk menjadi
cawapres pendamping Jokowi. Ada yang masih malu-malu, tapi ada juga yang secara
terang-terangan mendeklarasikan diri untuk menjadi cawapres Jokowi.
Tokoh-tokoh yang mendapatkan elektabilitas menjadi cawapres berdasarkan
sejumlah lembaga survei di antaranya Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, M.
Romahurmuziy, Gatot Nurmantyo, Agus Harimurti Yudhoyono dan Anies Baswedan.
Bagi Presiden Jokowi, tiap tokoh dan partai politik punya hak untuk mendeklarasikan
cawapres.
“Partai memiliki kemerdekaan apa pun dalam rangka kepentingan politik
mereka. Misalnya, ada yang mendeklarasikan cawapres, kan nggak apa-apa,” kata
Presiden Jokowi.
Tapi siapa sebenarnya sosok pendamping ideal menurut Jokowi? Bagaimana pula
dengan Jusuf Kalla yang masih disebut-sebut lembaga survei dalam bursa cawapres
Jokowi?
Tangkisan Jokowi atas Serangan Isu Antek Asing
Presiden Jokowi memperkirakan kampanye negatif akan kembali terjadi pada
Pilpres 2019 mendatang. Pada Pilpres 2014 lalu, Jokowi diserang kampanye
negatif sebagai PKI, anti Islam dan antek asing.
Baru-baru ini, Presiden Jokowi disandingkan dengan antek asing. Hal ini
terkait dengan pengesahan Peraturan Presiden No. 20 tahun 2018 tentang Tenaga
Kerja Asing yang dianggap sebagai pintu masuk tenaga kerja dari luar negeri.
Tapi menurut Presiden Jokowi keberadaan TKA merupakan suatu hal yang wajar
di tengah globalisasi, meskipun ia tidak menampik terjadi peningkatan TKA di
Indonesia dalam kurun waktu 1 tahun terakhir.
“Tenaga kerja kita yang ada di Cina, informasi yang saya terima ada 80 ribu.
Juga tak ada masalah. Saya kira ini sebuah kepentingan ekonomi yang mau tidak
mau, semua negara menerima seperti itu,” kata Presiden Jokowi.
Di Balik Simbol-simbol Jokowi
Untuk pertama kali Presiden Jokowi menjelaskan posisi dirinya dalam kaitan
dengan tudingan anti-Islam. Dalam Mata Najwa, Presiden Jokowi menjelaskan
hubungannya dengan ulama-ulama.
Sorotan lain, Presiden Jokowi yang banyak tampil dengan gaya anak muda:
berjaket jeans, motor gaul sampai olahraga tinju. Penampilan ini menimbulkan
banyak spekulasi tentang pesan politik yang ingin disampaikan Presiden Jokowi.
Apalagi kemunculan “gaya baru” Presiden Jokowi ini mendekati dengan Pilpres
2019.
Tapi menurut Jokowi, “gaya baru” tersebut sebagai penyegaran di tengah
kesibukannya menjalani aktivitas sebagai presiden. “Mosok kita bisa melarang
tafsir-tafsir. Bacaan-bacaan seperti itu. Terserah mau dibaca seperti apa,”
kata Presiden Jokowi.
Utang Menumpuk, Apa Jawaban Jokowi?
Presiden Jokowi dikritik dengan isu utang pemerintah. Di penghujung 2017,
utang pemerintah mencapai Rp 4.000 triliun. Penambahan utang pemerintah
dianggap tidak sejalan dengan laju ekonomi nasional.
Tapi kritik atas utang pemerintah dijawab enteng Presiden Jokowi. Sebab,
kata dia, Indonesia masih mendapatkan kepercayaan tinggi dari Rating Agency.
Di sisi lain, Presiden Jokowi justru mempertanyakan kritik atas utang
pemerintah. Menurutnya, kritik tersebut lebih banyak muatan politisnya.
“Kalau yang satu ahli ekonomi makro, yang satu politikus (berdebat
utang-red). Ya, nggak nyambung. Kalau saya lebih percaya kepada yang mengerti
masalah ekonomi makro, ya Bu Sri Mulyani. Track record-nya jelas,” kata
Presiden Jokowi.
Tagih Janji Jokowi
Sejak kampanye di Pilpres 2014 lalu, Presiden Jokowi selalu mengumbar janji
Nawa Cita. Ya, ada 9 program yang ingin diwujudkan Presiden Jokowi, di
antaranya membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola,
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.
Tapi Presiden Jokowi mengakui janji Nawa Cita itu tidak semuanya langsung
bisa terwujud. Apa saja program Jokowi yang belum terwujud tersebut?
Janji lainnya tentang penegakkan hukum. Presiden Jokowi pernah memberikan
ultimatum kepada Kapolri Tito Karnavian untuk menuntaskan kasus penyerangan
terhadap Penyidik KPK, Novel Baswedan. Sudah lebih dari 1 tahun, kasus
penyiraman air keras ke wajah Novel Baswedan belum juga menemukan titik terang.
Presiden Jokowi mengaku belum menanyakan tenggat waktunya kepada Kapolri Tito
Karnavian. Dia mengaku akan segera menghubungi Tito setelah wawancara
dengan Najwa Shihab.
“Polri masih sanggup untuk menuntaskan kasus Novel Baswedan. Hanya memang
ini harus diberi batasan waktu. Ini yang belum saya tanyakan, sampai kapan?
Nanti akan saya sampaikan ke Kapolri,” kata Presiden Jokowi.
Catatan Najwa:
Petahana biasanya selalu lebih diunggulkan, punya banyak instrumen untuk
tampil meyakinkan.
Lima tahun untuk serius bekerja, membuktikan apakah layak berkuasa.
Wajar jika popularitas istimewa, dengan elektabilitas di atas yg lainnya.
Namun politik adalah seni kemungkinan, para penantang tak perlu jiper
duluan.
Bukankah tidak ada kepemimpinan yang sempurna, mungkin ada nila yang bisa
merusak sebelanga.
Entah rencana dan janji yang belum jadi, atau blunder yang fatalnya tak
terperi.
Menjadi penting tepat memilih kawan koalisi, agar kemenangan bisa dikunci
sedari dini.
Masih banyak kartu demi kartu untuk dipertaruhkan, walau demokrasi
sesungguhnya bukanlah permainan.
Komentar
Posting Komentar