Review Mata Najwa Siapa Berani Jadi Presiden

Rizal Ramli, Lagi dan Lagi Deklarasi Capres
Mendekati pencalonan presiden yang sudah semakin dekat, desas desus nama calon presiden dan wakil presiden sudah semakin gencar di publikasikan, mencari nama di luar Jokowi dan Prabowo. Walau hingga kini baru Jokowi yang resmi nyatakan akan berlaga lagi untuk memjadi orang nomor satu di negeri ini. Sejumlah tokoh menilai situasi politik masih cair dan memberanikan diri masuk dalam bursa calon presiden.
Salah satunya Rizal Ramli. Ia hattrick mencalonkan diri jadi Presiden. Tiga kali "nyapres" apa sebenarnya yang mendorong mantan Menko Kemaritiman ini maju?
"Apakah hobi mencapreskan diri atau bagaimana, Pak?" tanya Nana
"Saya ingin mewujudkan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 10 persen!" kata Rizal Ramli.
Fakta menyatakan bahwa Rizal Ramli masih belum memiliki partai untuk maju sebagai capres. Rizal Ramli juga menyatakan, "Indonesia ini banyak tikusnya, harus dikepret.”
Bagaimana sebetulnya modal politik Rizal Ramli sehingga percaya diri sudah mendeklarasikan diri sebagai capres?
Menurut Rustika Herlambang, Direktur Komunikasi Indonesia Indicator, ada 26 ribu twit dalam 3 bulan terakhir yang mendukung Rizal di media sosial.Namun, Rizal harus dapat meningkatkan lagi sentimen netizen yang ia miliki.

Modal Rizal Ramli Jadi Capres
Ditanya soal modal uang yang di siapkan untuk mencalonkan presiden, Rizal Ramli tidak menjawab secara langsung, "Cek saja di KPK." Kemudian Nana menunjukkan LHKPN yang ternyata dinilai tidak memadai, “Partai politik tidak ada, uang tidak ada, apakah hanya modal nekat dan berani?” sahutan dari Nana.
Rizal mengatakan gaya "rajawali ngepret" bisa jadi modal, "Lihat Donald Trump di Amerika, lihat Duterte di Filipina, yang penting kebijakannya."
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, mengatakan elektabilitas tinggi bisa membuat seseorang menjadi presiden. "Sayangnya, Bang Rizal tingkat keterkenalan masih kurang dan tingkat popularitas belum tercapai, dengan deklarasi capres mungkin saja elektabilitas akan naik.".
Rizal juga membantah jika ia selalu mengkritik pemerintahan Jokowi-JK. "Yang saya kritik itu kebijakannya."

Cak Imin: Kalau Tak Pilih Saya, Jokowi Bisa Kalah
"Berani tidak  jadi capres?" awal lontaran Nana menantang Cak Imin.
Cak Imin menjawab, "Kalau lihat jaket merahnya, Saya berani jadi capres."
Cak Imin lalu menunjukkan kelebihan-kelebihan dirinya, "Saya ini aktivis, saya di dunia politik tidak datang tiba-tiba. Bahkan saya ibarat pesawat, pernah di eksekutif dan legislatif, sudah lengkap."
"Jadi rugi kalau tidak mengajak anda?" tanya Nana
"Oh, tentu. Rugi jika tidak mengajak!" ucap Cak Imin dengan percaya diri.
"Tidak enak jika satu kualisi bersaing, PKB ialah pendukung Pak Jokowi, harus ada tata krama, jangan sampai saya bersaing dengan Pak Jokowi." Inilah sebabnya Cak Imin masih mendeklarasikan diri sebagai cawapres bukan sebagai capres.
"Pak Jokowi kalau salah pilih cawapres bisa kalah, apalagi pilih nonpartai. Kalau memilih yang tepat, sudah ada partainya, bisa menang." blak-blakan Cak Imin.
"Jadi apa ini bagian upaya mengajukan diri ke Pak Jokowi?” lalu Nana melanjutkan pertanyaannya “ Anda mengancam pak Jokowi untuk memilih Anda?" tanya Najwa  sambil tersenyum.

Cak Imin di Tengah Dua Pilihan Capres
“Apa Cak Imin kanan kiri oke? Tanya Nana sambil tersenyum.
“Setelah malam ini saya akan berpikir ulang tentang ini” jawab Cak Imin
"Seperti ibarat pulau, baru ada 1 pulau yang ada. Satu-satunya capres yang sudah pasti ialah Pak Jokowi. Pak Prabowo katanya mau deklarasi, tapi sampai saat ini belum. Jadi satu pulau yang pasti ialah Pak Jokowi," kata Cak Imin menjawab pertanyaan Nana.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi menilai pernyataan Cak Imin, "Tantangan pertama akan datang dari partai-partai pendukung pak Jokowi. Kalau Pak Jokowi pilih Cak Imin bisa jadi karpet merah untuk jadi Capres 2024. Apa yang dilakukan ini meningkatkan kegairahan di pemilih PKB."
Pertanyaan berikutnya, baliho Cak Imin terpasang di berbagai penjuru, modalnya dari mana? "Pasang baliho di jalan Gatot Subroto saja, misalnya, per bulan Rp 600 juta lho, Cak!" kata Mata Najwa.
Pengakuan Cak Imin, modal maju sebagai capres banyak dibantu oleh teman-teman lokal, anggota DPR, Bupati. "Uang untuk pasang baliho itu uang halal."
"Saya ini Sudurisme, kepanjangan dari Sukarnoisme dan Gusdurisme," jelas Cak Imin
Sudahkah modal yang dikeluarkan ini membuat Cak Imin populer?
"Netizen pendukung cak Imin juga aktif sekali di twitter," kata Rustika Herlambang. "Sentimen negatif ditujukan ke Cak Imin hanya 4-5% dan itu sangat jarang terjadi.”

Radar Gatot Nurmantyo
"Apabila rakyat dan negara memanggil, mati pun saya rela. Saat ini saya masih prajurit, tetapi apabila rakyat menghendaki setelah saya pensiun, saya siap!" tegas Mantan Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo.
Nana bertanya, "Bagaimana cara mengukur rakyat menghendaki itu?"
"Ada beberapa, misalkan alat survei tapi tergantung saya putuskan nanti," ucap Gatot.
Lalu apakah Gatot Nurmantyo masih lekat di benak publik setelah lengser dari kursi Panglima TNI?
"Di media online di tahun 2017, Gatot ialah media darling, ketika menjadi Panglima TNI. Tapi setelah lengser menurun drastis dan di media sosial emosi netizen menanti langkah Pak Gatot selanjutnya, termasuk mendapat label sebagai Jenderal Religius," jelas Rustika Herlambang, Direktur Komunikasi Indonesia Indicator
Mata Najwa bertanya soal jenderal religius yang gemar safari ke pesantren," Tidak apa-apa jenderal aktif safari ke mana-mana?"
Dijawab Gatot Nurmantyo, "Tidak masalah. Tak harus izin. Intinya saya tidak rela bangsa ini diadu. Oleh karena itu saya rutin ke pesantren-pesantren untuk merekatkan," jelas Gatot Nurmantyo.

Manuver Politik Jenderal Gatot Nurmantyo
"Jika Prabowo Subianto tidak maju dalam Pemilihan Presiden 2019, ada kemungkinan orang akan pilih Gatot Nurmantyo" inilah hasil survei yang disampaikan Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi. "Orang-orang yang memilih Gatot, dulunya di tahun 2014 memilih Prabowo," lanjut Burhanuddin.
“Lalu bagaimana dengan Satukan hati untuk Indonesia, apakah itu termasuk manuver politik?” tutur Nana sambil tersenyum.
Safari mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo jadi sorotan. Namun Gatot membantah telah melakukan manuver politik dengan safari ke pesantren, "Satukan hati untuk Indonesia adalah slogan untuk menyatukan bangsa Indonesia, agar bangsa ini aman."
Lalu mengapa harus safari ke pesantren?
"Kenapa narasinya soal Islam? Kalau lihat ke belakang kelompok Muslim kehilangan tokoh setelah Gus Dur wafat. Jenderal Gatot masuk di sini. Orang tidak bisa disalahkan jika Jenderal Gatot ingin meningkatkan elektabilitas, karena ia ada di papan tengah, di bawah Jokowi dan Prabowo." Jawab Direktur Eksekutif Indikator Indonesia Burhanuddin Muhtadi.

Gatot: Tak Berpolitik Praktis hingga Pensiun
Mata Najwa menemui kelompok Selendang Putih Nusantara yang mendeklarasikan diri sebagai relawan Gatot Nurmantyo, “Siapa Selendang Putih Nusantara itu?” Namun Gatot mengaku tak mengenal Selendang Putih Nusantara, "Mereka hebat, mereka bergerak tanpa mengenal saya. Saya bangga dengan mereka."
"Saya masih prajurit, 2 minggu lagi kita lihat nanti!" tegas Gatot
"Itu sudah kode-kode keras" jawab Mata Najwa.
Mata Najwa menanyakan pendapat Gatot soal Jokowi dan Prabowo, namun Gatot bersikeras tidak akan berpolitik praktis hingga ia pensiun 2 minggu lagi.
Menutup Mata Najwa "Siapa Berani Jadi Presiden", inilah Catatan Najwa.
Presiden bisa mensosialisasikan diri kapan saja, keliling Indonesia sambil bekerja di mana-mana.
Wajar jika tak mudah mengalahkan petahana, penguasa punya akses ke berbagai sumber daya.
Namun politik tidak sesederhana menghitung angka, satu tambah satu bisa saja menjadi tiga.
Langkah-langkah strategis masih banyak disimpan, menunggu untuk dibuka di akhir tikungan.
Segala kemungkinan masih terbuka, entah berupa blunder petahana, hingga munculnya poros ketiga.
Inilah nikmatnya hidup di alam demokrasi, berbagai manuver tak bisa dijegal sekehendak hati.
Biarkan seluruh rakyat menyimak lebih dulu, mendengar ragam visi dan ide tanpa pandang bulu.
Mesti ada ruang bagi sebanyak mungkin kandidat, partai jangan lekas-lekas menutup tenggat.
Rakyat berhak disodori sebanyak mungkin pilihan, Pemilu bukan untuk mengulang perseteruan sampai bosan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Mata Najwa Republik Digital

Review Mata Najwa Melawan Terorisme

Review Mata Najwa Melarang Ormas Terlarang